Renjana Kasih Ibu — #HariKartini

Fajar menyingsing di sudut ibu kota
Menapaki bukit yang tinggi menjulang
Serdadu kecil berlarian dari kandang
Satu per satu mulai kuperhatikan… hingga,
pandanganku teralihkan oleh segurat senyum
pada sosok di balik indahnya mentari di pagi ini
                                                           
Lihatlah
Peluhnya mengucur padahal belum setengah hari
Perlahan pintu ditutup rapat
Segudang pekerjaan menghampirinya
Ia menari mengelilingi rumah
dengan lap di pundaknya
dan tayangan televisi yang sengaja ia keraskan volumenya

Petang datang
Ia duduk di kursi tua itu
Beristirahat sejenak
dari peliknya rutinitas
Tanpa sadar… ia hanyut dalam kelelahan
Keadaan seolah memaksanya ‘tuk terlelap

Plak!
Sebuah ponsel jatuh dari genggaman
Pandangan buramnya meraba jam dinding
Oh tidak—tidak lagi
Ia lupa bahwa ada materi yang harus dikejar
Pundi-pundi rupiah tentunya tak menggunung begitu saja
Ia bukan seorang darah biru

Hari demi hari ia lalui
Bak marmut dalam rodanya
Begitu-begitu saja
Tiada hentinya

Bahkan ia terlalu sedih ‘tuk mengadu nasib pada Yang Kuasa
Harapan satu-satunya kini hanyalah serdadu kecil
yang ia didik tanpa pamrih
Agar kelak serdadu itu menjadi letnan
yang berjuang atas nama keadilan

       Halo, guys! Kalian bisa menikmati puisi ini dalam bentuk video musikalisasi di YouTube channel aku, klik di sini!

Komentar

Postingan Populer