Review Series Alice in Borderland, Cocok untuk Yang Rindu Hunger Games!
Happy new year! Untuk menyambut tahun 2021 dengan penuh sukacita, aku mau berbagi review nih tentang series yang sempat booming di penghujung tahun kemarin. Mohon maaf ya bagi yang masih asing dan belum bisa membaca aksara Jepang pada poster di atas, itu karena sulit mencari poster dengan versi terjemahannya. Jadi, series yang bakal aku review berjudul Alice in Borderland. Wah, pasti pada nggak asing bukan dengan nama tersebut? Kira-kira apakah ada sangkut pautnya dengan film fantasi Alice in Wonderland? Jawabannya... tentu tidak! Tetapi, untuk segi konsep penokohan pada series ini bisa dibilang kurang lebih mirip alias tokoh utamanya sama-sama mencari cara untuk bertahan diri atau survival di tengah dunia baru.
Alice in Borderland merupakan series Netflix yang diadaptasi dari manga karya Haro Aso. Series ini dirilis pada tanggal 10 Desember 2020 dengan total 8 episode. Mengangkat genre action, fantasy, mystery, dan thriller, para pemain Alice in Borderland, atau singkatnya AIB, cukup sukses membawa setiap scene dengan apik. Tokoh Alice di sini bernama Ryohei Arisu (diperankan oleh Kento Yamazaki), dan setelah melalui beberapa penelusuran di internet, ternyata pelafalan Alice di Jepang adalah Arisu. Oleh karena itu lah, Alice diperkenalkan dengan wajah mas Kento ini pada media sosial Netflix Jepang. Selanjutnya terdapat beberapa tokoh lain seperti Chota (Yuki Morinaga), Karube (Keita Machida), Usagi (Tao Tsuchiya), dan masih banyak lagi. Keempat tokoh tersebut bisa dibilang partner si Arisu dalam menjalani misinya.
Awalnya aku tertarik menonton AIB karena sempat trending di Twitter dan beberapa kali dimention sama selebgram yang aku follow. I knooowww right sekarang jadi segampang itu buat terpengaruh media sosial. Akhirnya aku putuskan AIB masuk ke watchlist dulu sampai semua urusan kuliah benar-benar selesai alias pas libur semester. Nah tiba deh saatnya, waktu pertama kali nonton sih nggak expect apa-apa karena aku sendiri kurang tertarik sama sinopsis yang ada di Google, jadi pengen nyoba nonton satu episode aja dulu, kalau tertarik baru lanjut. Dan yang benar saja, beberapa menit awal aku udah yakin kalau ini bukan genre seleraku. Tapi tetap aku lanjutin karena plot seru yang disebut orang-orang itu belum muncul. Hehehe. Ternyata konfliknya ada di bagian akhir durasi episode 1 guys!
Aku rasa ini bukan spoiler, jadi ceritanya baru dimulai sejak Arisu dan kedua sahabatnya (Karube dan Chota) terjebak di sebuah kota tak berpenghuni. Kota tersebut dulunya merupakan tempat tinggal mereka, tapi entah kenapa beberapa menit kemudian semua penduduk seolah-olah hilang tanpa meninggalkan jejak. Bukan hanya itu, sirkuit elektronik pun tidak berfungsi sama sekali sehingga mereka hanya bisa mengandalkan barang-barang analog seperti walkie talkie untuk berkomunikasi. Menurutku alur waktu di episode 1 ini termasuk lambat karena kemungkinan besar sang sutradara ingin mengenalkan latar tempat dan tokohnya terlebih dahulu, tetapi setelah mengikuti hingga episode terakhir aku rasa pada beberapa adegan memang terlalu bertele-tele, baik dari segi filming maupun dialog antartokoh.
Namun, bagian terbaik dari series ini adalah alur ceritanya. Kalau kalian salah satu penggemar Hunger Games yang tokohnya adalah Katnis Everdeen itu, berarti kalian akan suka dengan Alice in Borderland. Dalam series ini, hanya orang-orang tertentu yang 'terseleksi' ke kota tak berpenghuni. Aku juga belum menemukan alasan umumnya kenapa, tetapi di setiap awal episode terdapat cuplikan kehidupan asli beberapa tokoh dan aktivitas sebelum akhirnya mereka terjebak. Klimaks tiap episodenya tentu ketika para tokoh mencari jalan keluar untuk kembali ke dunia semula dengan bertahan diri dari sang master permainan. Menurutku disitulah titik persamaan antara AIB dengan Hunger Games, memainkan sebuah tantangan dari sosok atasan yang mengatur jalannya permainan sesuka hati. Perbedaannya terletak pada sosok master permainan tersebut dalam series AIB sangatlah misterius. Tidak disebutkan siapa atau setidaknya alasan games tersebut diadakan.
Tokoh favoritku adalah Chisiya! Si dingin dan kadang licik tetapi diam-diam jenius dalam permainan. Meskipun season 1 telah berakhir dengan perannya yang begitu singkat, tetapi semoga saja di season selanjutnya ia lebih banyak andil dalam tim Arisu. Konon kabarnya di manga asli Alice in Borderland, Chisiya di kehidupan semulanya merupakan mahasiswa kedokteran. Wow. Hmm kayanya kurang afdol deh kalau belum bahas tokoh utamanya juga.
Di kehidupan semulanya, Arisu merupakan anak dari kaum terpandang. Hobinya sebagai gamers dianggap terlalu berlebihan sehingga ayahnya sudah menyerah akan masa depan anaknya tersebut. Arisu mempunyai seorang saudara laki-laki dan bisa dibilang lebih sukses dibanding dirinya. Karena lelah dengan kondisi rumah, maka Arisu memilih kabur dan menghabiskan waktu bersama sahabat dekatnya yaitu seorang pelayan bar (Karube) dan pegawai kantoran (Chota). Kisah persahabatan mereka cukup konyol dan realistis sih, karakter masing-masing dari mereka berbeda. Ada yang manly banget, normal alias biasa aja, dan si lemah lembut penyayang gimana gitu. Pokoknya saling melengkapi deh.
Hal yang terpenting adalah Alice in Borderland ini not family friendly. Jujur, sudah 3 series Netflix yang aku ikuti tetapi semuanya tidak direkomendasikan untuk ditonton bersama anggota keluarga khususnya yang masih dibawah umur. Padahal, ketiga series tersebut tidak jauh dari genre favoritku, yaitu mystery dan sci-fi, tetapi ujung-ujungnya menyelipkan sisi 'dewasa' yang jarang banget disinggung dalam drakor maupun film-film yang pernah aku tonton. So, jangan lupa jadi penonton yang bijak ya guys. Buat yang pengen liat trailer series Alice in Borderland bisa klik di sini. Jangan lupa siapin cemilan karena kalian bakal dibuat tegang sepanjang gamesnya. Met nontoonn!
Komentar
Posting Komentar